Dan Hujanpun Berhenti..

Langit hitam dengan awan pekat terbentang di ujung bagian barat bumi ini ketika hujan pertama musim kemarau membasahi tanah tempat aku berpijak menunggu tumpangan untuk pulang.
Berbagai bebauan - tanah basah, air hujan, daun dan batang pohon yang basah - menyergap ujung hidungku yang kemudian tanpa bisa kuhindari langsung memenuhi seluruh ruang dalam paru-paruku yang sempit dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk diserbu dengan perasaan kebas yang mendalam.

Masih hangat dalam ingatanku ketika dingin hujan menusuk telapak kakiku mengenakan sandal kesehatan yang memiliki permukaan ringgik-ringgik warna orange. Aku tahu yang ia pikirkan saat itu hanyalah bagaimana menyelamatkan sepatuku agar besok bisa kugunakan lagi untuk kuliah. Tapi, entah kaget entah apa, telapak kakiku tidak mampu beradaptasi dengan sandal ringgik-ringgik itu, hingga aku terpaksa berjalan dengan sangat pelan di bawah payung hijau yang juga dipinjaminya. Meski terasa sangat sakit dan berjalan tertatih-tatih - jika dilihat dari belakang pasti postur tubuhku tidak berbentuk dan sangat lucu - aku tetap mengenakannya, selain karena takut menginjak cacing aku juga senang dengan maksud ia meminjamkan sandal itu :).

Kejadian itu sudah lama berlalu, meski masih hangat dalam ingatan tetap saja hanya sebuah kenangan yang dingin, kaku dan tidak bergerak.
Hari ini seseorang mengatakan "yang mesti menjadi prioritas adalah masa depanmu, bukan ibu, bukan kakak2, bukan papa, bikan siapa2, aku pun bukan, hanya kamu dan buatmu, karena waktu adalah milikmu, ambil putusan lakukan dan jangan pernah menyesalinyaa....!!!!". Begitu kah? Jadi semua ini tentang aku dan masa depanku? Bagaimana jika aku ingin memiliki masa depan dengan salah satunya? Apakah masa depan itu? Bagaimana jika masa depanku tinggal hari esok dan lusa aku sudah tidak lagi memikirkan masa depan karena tidak ada takaran waktu lagi untukku sedangkan yang ada hanyalah sebuah keabadian?
Tidak, masa depan adalah tentang bagaimana aku akan menjadi seseorang yang tidak akan menyerah dengan keadaan. Meski aku tidak bisa hidup dengan orang yang kucintai, aku tidak akan mengambil keputusan hidup dengan orang yang tidak aku cintai.

Meski seseorang harus menyerahkan hidupnya untuk sebuah kerajaan, meski seseorang harus pergi karena aku menginginkannya pergi, aku tidak akan menyerah untuk sebuah janji seumur hidup dengan orang yang tidak tahu bahwa ia juga mengorbankan hidupnya karena mau mencintaiku.

Dan hujanpun berhenti, tepat pada saat kuhapus air mataku.

Komentar

  1. hatiku menangis menemukan tulisan ini :)
    bagian terindah:
    "masa depan adalah tentang bagaimana aku akan menjadi seseorang yang tidak akan menyerah dengan keadaan. Meski aku tidak bisa hidup dengan orang yang kucintai, aku tidak akan mengambil keputusan hidup dengan orang yang tidak aku cintai"
    semangat ya say!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer