Bocor Alus

Ada kebocoran kecil dalam otakku,bocor dalam artian yang tidak sebenarnya tentu,hanya sebuah istilah untuk menggambarkan bahwa kebocoran itu membuatku sering tidak seimbang,sulit sekali mencari keseimbangan dalam hidup yang memang sudah tidak seimbang,yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin,tidak ada keseimbangan di dalamnya,jarang kutemui filosofi timbangan diterapkan,seperti hidupku sendiri yang tidak seimbang,bocor alus dan parahnya aku tidak tahu bocornya dimana. Seandainya pun tahu,mungkin aku juga tidak tahu bagaimana menambalnya.
Ada yang hilang sejak kepergiannya,mungkin itu yang menyebabkan kebocoran dalam otakku,hm..sudah tidak terlalu besar,bocor pula,bisa dibayangkan betapa butuhnya aku akan orang yang bisa  menambal otakku yang bocor ini ;)
Tidak semua yang kita inginkan akan kita miliki,aku pernah mendengar nasehat itu sebelumnya,dan aku tidak menginginkan semuanya,aku hanya menginginkannya,apa itu berlebihan??hanya dia yang aku inginkan,bukan yang lain,maaf kalau aku berlebihan,tapi ini jujur,aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi tanpa dia,setiap orang yang kutemui selalu ada wajahnya,setiap jalan yang kulalui -dan memang aku selalu lewat jalan yang sama- selalu aku melihat dua orang yang saling menatap dengan penuh cinta,aku melihat diriku dan dirinya saling menatap. Setiap malamku,aku selalu terjaga,terlalu takut untuk memejamkan mata,takut kalau dia muncul lagi,aku senang dia mendatangiku,tapi aku takut setiap kali membuka mata,itu semua hanya mimpi,bayangan yang seolah-olah nyata.
Semalam terulang lagi,aku melihatnya dalam mimpiku,meskipun bocor alus,otakku selalu bekerja dengan baik ketika aku sedang bermimpi,aku bermimpi berkendara dengannya ke utara,jauuuhh...menuju kabut tebal,tanganku mengunci erat dipinggangnya,hawa dingin masuk melalui celah telinga dan jariku,semakin aku erat memeluknya,dan dengan lembut dan hampir tidak terdengar,dia berkata,"rebahkanlah peluhmu di pundakku,aku disini"
Semakin kencang angin berhembus,semakin kami menghilang dalam kabut di utara,dan dalam remang cahaya yang berusaha menembus kabut,aku berusaha membuka mataku,tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur dan dia sudah tidak lagi dalam dekapanku,kemana perginya?
Aku berlari dan terus berlari hingga sampai pada padang belantara hijau yang sangat luas tak bertepi,aku sendirian,aku kehilangan dia,aku tersesat,dimana aku berdiri aku tidak tahu. Dadaku sesak menahan tangis,tapi air mataku tertahan di kelopak,tidak mengucur ke bawah seperti biasanya,ada apa ini?sedih tapi tidak bisa mengeluarkan kesedihan itu,aku bingung,hingga aku menyadari bahwa aku masih berada di tempat tidurku dan aku masih kehilangan dia,di alam sadar,di alam bawah sadar,aku kehilangan dia.

Komentar

Postingan Populer