Jangan ada Joker di antara kita

Sejak tayang perdananya, film Joker ramai diperbincangkan di dunia maya dan dunia nyata. Pembahasannya beragam, mulai dari pemainnya, Joaquin Phoenix yang bermain sangat apik, sinematografi yang paripurna, sutradara yang mumpuni, sampai ke mental illness, mental disorder atau gangguan kejiwaan. Ini menarik untuk dibahas, karena isu ini dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ya gak se-ekstrem tindakan Joker sih, tapi pernah ga merasa ketika ada seseorang yang begitu pedas omongannya, kasar perilakunya, itu sebenarnya ada yang sesuatu yang pahit di dalam dirinya.

Kembali lagi ke film Joker, filmnya sih ga masalah ya, ini cuman hiburan, dah itu aja, jadi nontonnya jangan baper, yang jadi masalah adalah ketika setelah nonton, karakter Joker dibawa ke kehidupan. Dalihnya gini, orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Ini apaan? Mau cari pembenaran atas segala dosa? Ga nyambung banget. Ibaratnya gini, orang sakit flu, bukannya berusaha untuk sembuh dengan istirahat, makan makanan sehat, minum obat, malah pergi keluar dan marah ke semua orang karena lagi flu, kan ga nyambung.

Sama halnya dengan mental illness, ketika jiwa kita sedang sakit/disakiti/tersakiti, ya udah cari akar permasalahannya, cari akar pahitnya ada dimana, minta tolong, minta bantuan, pergi ke komunitas yang bisa menerima ketidaksempurnaan kita. Jangan malah sibuk mencari pengakuan, balik menyakiti, berusaha menunjukkan eksistensi dengan menindas orang lain. Ini apaan sih? Sama sekali ga cool, cuman pemalas yang bisa melakukannya, cuman dengan ongkang-ongkang kaki aja udah bisa jadi orang jahat.

Tapi kan ga bisa kayak gitu, nanti pertanggungjawabannya gimana? Nanti di hari penghakiman mengeluh, kok aku diperlakukan gini? Trus malaikat menjawab: situ lupa di dunia dulu kayak gimana? Sorry sob, kita disini cuman menjalankan perintah. Ayo saya antar kamu ketemu bos L, Lucifer (hahaha...jadi dialog komik gini)

Kembali ke film Joker dan mental illness, begini kesimpulannya. Menurut saya, ada dua sikap yang bisa kita ambil ketika sedang berhadapan dengan kekelaman/kegelapan.
Sikap yang pertama, sebagai orang yang "waras", ketika melihat orang yang jiwanya sedang sakit atau menderita luka batin, ya kita biasa aja, se-biasa ketika kita melihat orang lagi sakit flu. Biasa aja, terima perasaan mereka, akui kalau mereka itu ada, peluk mereka, dengarkan mereka (ga mesti harus jadi psikholog profesional dulu kok untuk bisa mendengarkan :) ) yang diperlukan cuman kehadiran seutuhnya untuk mendengarkan.

Sikap yang kedua, sebagai orang yang tersakiti. First of all, jangan pernah merasa cuman diri kita aja yang sakit, yang lain juga sakit kok, maksud saya, dengan berpikir seperti itu kita jadi terbuka bahwa gak cuman kita aja yang menderita, yang lain juga woy. Biar ga terlalu menyiksa, gitu. Setelah menyadari bahwa kita sakit ga sendirian, selanjutnya cari cara untuk membantu diri sendiri supaya merasa baikan. Cari cara, mencari, membaca, berdoa, berkumpul dengan komunitas yang positif, berhenti dari kebiasaan buruk seperti mengasihani diri sendiri, harus mau bekerja keras untuk sembuh. Karena apa? kita boleh sakit, tapi malas jangan. "Oh..aku tersakiti, jadi aku boleh menjadi orang brengsek" Menjadi orang brengsek itu gampang, cuman butuh orang malas aja.

Orang tersakiti/kita disakiti itu sudah takdir, ga bisa diubah atau dikendalikan, karena itu datangnya dari luar. Tapi bagaimana kita bereaksi, itu sepenuhnya keputusan kita. Jadi jangan malas, jangan malas untuk mengampuni, jangan malas untuk memaafkan, jangan malas untuk membuka hati dan pikiran untuk benar-benar menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya. Pokok intinya jangan malas aja.
Memang sih untuk membenci, mengumbar kemarahan, menyakiti, memaksakan kehendak, tidak setia itu lebih gampang daripada memaafkan, menerima dan mencintai diri sendiri yang membutuhkan kerja keras. Tapi aku percaya, ga ada sesuatu yang gampang di dunia ini. Kalaupun ada pasti ujung-ujungnya ga bener. Coba deh :)

Penutup, film Joker tidak lebih dari sekedar hiburan orang dewasa JAUHKAN DARI PENGLIHATAN ANAK KECIL. Kalau ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, pesan dari film ini adalah "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti malas" karena pilihan itu selalu ada, broken to be a bless atau broken to be an asshole.

Komentar

Postingan Populer