Relax, everything is out of control

Holaa...piye kabare? Waras ?

Sebelum bulan pertama di tahun yang baru ini berakhir, boleh dong ya saya review sedikit tentang apa yang terjadi selama enam bulan terakhir ini. Mumpung masih segar dalam ingatan dan mood menulis blog datang secara ujug ujug mak bedunduk. Hehe..

Jadi ceritanya wanita yang dulu bekerja dan hidup untuk dirinya sendiri itu kini sedang berubah menjadi seorang ibu. Dan menjalani peran baru sebagai seorang ibu itu ternyata horor juga ya? Hahaha...kaget sih enggak cuman sering terperangah aja sambil mulut kadang menganga tanpa sadar, oooo jadi kayak gini toh? Dari awal kehamilan, gimana harus rukun dengan si hormon yang bikin mood naik turun naik turun macam rollercoaster, dilanjut dengan proses melahirkan yang ngeri ngeri sedap normal atau SC sama aja (ada dua nyawa coy yang dipertaruhkan) lalu begitu si jabang bayi lahir, tarak tung desss...beuh ini baru kebahagiaan yang hakiki sekaligus kejutan kejutan kecil baru akan dimulai *senyum tipis tipis*
Yup..sepulang dari rumah sakit, tetangga sanak saudara berduyun duyun menyambut kedatangan si kecil dan saya pun berasa seperti emaknya Avengers yang diam diam merasa bangga, anakku sudah ditunggu banyak orang hihi..oke, itu sisi gegap gempitanya menjadi seorang ibu baru. Setelah semua tamu pulang, barulah merasakan menjadi ibu yang sebenar benarnya.

Merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu itu sudah pasti, otomatis ada. Tetapi menjaga diri agar tetap waras selama perjalanan menjadi ibu itu tidak bisa hanya diimbangi dengan perasaan bahagia saja. Tapi juga butuh kesadaran yang tinggi dan pinter pinter menyikapi keadaan. Soale nek ga pinter iso gendeng dewe, wes a? Hahaha..
Jadi untuk menjaga kewarasan saya tetap berada di level aman, ini yang saya lakukan:

Save energy mode on
Menjaga energi tetap aman terkendali itu penting banget, ini bisa bikin mood lebih stabil, merawat anak juga lebih fokus. Begadang, dengan bangun dua jam sekali itu membutuhkan energi yang banyak. Karena kualitas tidurnya tidak akan bisa digantikan keesokan harinya. Ga bisa juga kan hari ini kita begadang besok giliran neneknya yang begadang, lah dikata kerja shift gitu? Jadi kalau ada kesempatan anak tidur, ikutan tidur, urusan yang lain dipikirkan nanti sambil ngopi.

Giving up is not an option when you have someone call you mom
Sebagai ibu baru tentu saya ingin memberikan yang terbaik salah satunya adalah ASI. Tapi apa yang terjadi? Hohoho...asi mampet ciinn alias ga keluar sama sekali sampai hampir satu bulan. Disinilah hidup saya dimulai, maksudnya baru ngeh kalau sekarang ga bisa mengambil keputusan hanya memikirkan diri sendiri. Bisa saja waktu itu saya mikirnya gapapa dikasih sufor, toh sufor bukan racun juga. Tapi karena sekarang statusnya beda jadi ya berusaha sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkan si liquid gold itu a.k.a ASI. Mulai dari minum jamu wejahan (luntas,asem,kunir) makan segala jenis daun yang hijau dan pahit, udah hampir kayak shaun the sheep aja waktu itu trus minum asi booster sampai ikut seminar manajemen laktasi dan dapat sertifikatnya loh :)
Lanjut akhirnya perlahan sedikit demi sedikit akhirnya bisa lepas dari sufor. Yess!!
Tekanan psikologis ketika asi belum keluar itu luar biasa lho bikin galaunya, stress juga. Belum lagi waktu itu masih baby blues, LDR an dengan suami, ditambah ngeliat postingan teman teman IG yang asinya melimpah. Damn! Ini sih diam diam menghabiskan jiwakuh! (Ok ini sedikit lebay)
Jadi, ketika asi sudah keluar dengan lancar, ada tiga aspek yang diselamatkan, pertama aspek nutrisi, asi adalah makan terbaik bayi jadi ya pasti lah aman. Kedua, aspek ekonomis, bayangkan kalau setiap minggu menghabiskan tiga kotak susu dikali empat dikali harga susu, aw aw aw..lumayan buat beli emas, makanya namanya liquid gold hihi..terus yang ketiga,aspek psikologis, jadi sekarang kalau ada postingan asi ber susun susun, haha..suantaaii aku juga bisa,hahaw...
Intinya dari cerita tentang asi ini adalah, saya menemukan kosakata baru yang dulunya tidak pernah saya gunakan, yaitu telaten, unch unch unch..tuntutan pertama menjadi seorang ibu itu ternyata harus telaten.

Baru baru ini ketika anak sudah menginjak semester pertama (ceeilaa kayak udah punya anak kuliahan) maksudnya ketika anak menginjak usia enam bulan, hmmm babak baru dimulai, yaitu makaaann..
Setiap makhluk hidup pasti makan, ya kan? Ya sudah, saya kira akan sesederhana itu, si bocah enam bulan ini akan makan masakan saya dengan lancar. Ternyata, hari pertama makan sudah langsung di-GTM-in (gerakan tutup mulut), wow..apaaa lagi ini *mikir sambil garukgaruk kepala*
Segala cara sudah dicoba, mpasi ala who, menu tunggal, menu 4*, cara BLW, nyuapin sambil konser, nyuapin sambil ngelawak, bahkan melanggar beberapa idealisme saya sendiri, makan sambil nonton tv, makan di stroller yang seharusnya di high chair ya.. hasilnya sama aja. Oke, mungkin ini bukan tentang metode makannya, saya coba memberi rasa pada mpasi buatan saya, siapa tahu doi mau buka mulutnya. Udah diberi garam, garam bukan sembarang garam tapi ini pink himalayan salt, diberi keju, salted butter, semuanya kecuali micin yaa..itu sudah saya coba, ga berhasil juga. Well..untuk menghibur diri, saya mikirnya gini, saya rasa di luar sana, kecuali Andien, banyak juga buibuk mengalami hal yang sama dengan saya, cuman mungkin beda kasus aja. Browsing, muter muter tanya sana sini juga hasilnya sama, ujung ujungnya ya kembali ke pasal satu tadi, harus telaten.
Sakti bener kata ini ya? Ketelatenan ini kayaknya sudah menjadi barang langka diantara buibuk jaman now, termasuk saya. Belajar dari perjuangan memperoleh asi kayaknya sekali lagi saya harus belajar menggunakan kosakata baru ini. Dan makan yang sepertinya hal mudah, tapi bagi manusia yang baru berumur enam bulan ini, makan adalah sesuatu yang kompleks. Maka mau tidak mau saya harus menurunkan level kebisaan saya untuk hal hal yang sederhana ini supaya bisa masuk dengan pikiran si kecil. Jadi kudu telaten.

Unfollowing some IG accounts
Yup...berhenti mengikuti akun akun mamagram yang bertebaran di instagram sepertinya jalan yang baik untuk bisa berdamai dengan keadaan. Akhir akhir ini news feed instagram saya penuh dengan postingan mamagram (mama mama yang suka posting apapu kegiatansi kecil baik yang seleb maupun yang bukan)ssstt..saya sempat menjadi mamagram ala ala hihi..tapi sekarang sudah insaf hehe..
Kembali ke soal mamagram ini, tiap hari saya merasa postingan postingan mereka jadi kayak kompetisi menjadi ibu hebat gitu, semacam mompetition, masing masing mengutarakan pemikiran tentang mothering/parenting dari sudut pandang yang berrrbedabeda dan saya sebagai mamagram newbie ngeliatnya jadi bikin pusing, kenapa pusing? Karena ujung ujungnya ya membandingkan anak saya dengan anak mamagram ini, terutama dalam masa perkembangan anak. Jadi yaa daripada pusing, unfollow ajah..supaya saya bisa fokus dengan anak saya sendiri dan saya pun juga berhenti memposting apapun tentang anak, termasuk postingan yang lama, delete semua.

Stop reading parenting books and milestone guide
Untuk menjaga saya tetap waras dan tetap gembira di perjalanan panjang ini, saya putuskan untuk berhenti membaca buku buku tentang parenting dan panduang tumbuh kembang anak. Semua itu saya lakukan supaya saya bisa lebih fokus dengan anak. Kalau saya fokus, saya bisa menghayatinya dengan lebih dalam. Iya loh, punya anak ternyata perlu penghayatan juga lho aselii..
Dari sejak hamil saya sudah punya gambaran ingin mendidik anak seperti apa, dan sebagai amunisi saya baca buku tentang parenting, ada zen parenting dan western parenting, dua buku itu sampai sekarang belum habis saya baca wkwkwk ditambah kenyataan di lapangan, beuh..tambah ga kebaca deh :)
Membaca buku buku tentang parenting ini kalau ga diimbangi dengan kesadaran dan kebijaksanaan yang tinggi bisa bisa berakhir dengan memberi label ke anak. Contohnya gini, kalau anak bersikap tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan yang mana itu tertulis di buku, maka secara tidak sengaja label itu akan muncul, ooo berarti anakku gini, anakku gitu dll. Padahal yang namanya anak, itu pribadi yang susah ditebak (kalau ada cowok yang bilang cewek susah ditebak, coba deh punya anak :) hahaha) hari ini moodnya baik bisa nurut, belum tentu besok akan sama. Anak juga bukan seperti kertas putih, tergantung kita mau isi dengan tinta apa, noooo..it's a big NO, saya percaya anak adalah jiwa yang bebas yang datang ke dunia ini melalui kita, dia punya sifat dan kehendak yang samasekali berbeda dengan orangtuanya meskipun gen kita ada di dalamnya.
Baca buku parenting, ngeliatin postingan mamagram, selalu ngecek milestone, itu bikin pusing, jatuhnya jadi kayak membandingkan anak kita dengan anak orang lain. Padahal setiap anak itu unik, kecepatan perkembangannya beda beda, tidak sama bukan berarti buruk kan?
Saya juga sempat tergoda untuk posting setiap perkembangan anak, saya merasa kayak setiap perubahan yang terjadi harus diketahui jagat raya, hehehe..tapi ga jadi, karena saya rasa itu bukan tentang anak saya, tapi tentang saya, saya yang keren, saya yang seorang ibu kekinian, saya yang cerdas, tahu ini itu tentang mengasuh anak, pokoknya semua tentang saya. Syukurlah saya segera insaf, wkwkwkwk..jadi sekarang hidup bisa lebih tenang, fokus dengan anak saja, dengan selalu menatap matanya dalam dalam dan menikmati momen mencium memeluk dan menyentuhnya, saya rasa ini sudah cukup, yang lainnya akan mengikuti. Kalau kita mengenal anak dengan baik, pola asuh bisa disesuaikan, kalau istilah canggihnya, bisa di adjust gitu, hwehehe..cincai laaah..

Komentar

Postingan Populer