Proses Meng-ada
Seratus tahun dari sekarang kita semua akan tiada. Dari tiada menjadi tiada. Dan seratus tahun jika dibandingkan dengan skema besar alam semesta yang berusia milyaran tahun bukanlah rentang waktu yang panjang. Seratus tahun hanya sebuah titik di antara ribuan titik bintang di langit musim kemarau.
Dari tiada menjadi tiada. Sebuah proses normal agar bisa disebut ada, meng-ada atau pernah ada. Jika seratus tahun merupakan bagian kecil dari keseluruhan alam semesta, lantas bagaimana dengan satu tahun? Satu tahun mungkin memang merupakan bagian kecil dari seratus tahun. Namun jika bagian kecil itu tidak pernah ada, maka seratus tahun tidak akan pernah bisa disebut "seratus", selamanya akan disebut 99 tahun karna ada bagian yang hilang dari keseluruhan 100 tahun.
Dari tiada menjadi tiada. Hanya persoalan ruang dan waktu untuk memutuskan sesuatu atau seseorang itu ada atau tiada. Keberadaan yang sesungguhnya ditentukan oleh hal-hal yang terjadi di dalamnya.
Satu tahun tidak bisa tidak disebut sebagai waktu yang sangat singkat dalam skema 100 tahun. Bahkan jika dibagi setengahnyapun, satu tahun adalah waktu yang pendek. Namun demikian, segala sesuatunya akan berbeda jika aku dan khafilahku tidak pernah menapakkan kaki di tempat ini.
Aku menyebut tempat ini sebagai Balai Bhagawan, sebuah altar ilmu tempat berkumpulnya para Dewa, Guru, Ksatria dan Para Magis yang mengajariku tentang banyak hal.
Para Dewa mengajariku tentang apa artinya sebuah kerja keras, disiplin dan target yang ingin dicapai. Dengan sihir Opus Perfectum yang mereka ajarkan, kini aku bisa mulai menyusun rencana pencarian pedangku yang sesungguhnya.
Para Guru mengajariku tentang apa arti hidup yang sesungguhnya. Pengosongan diri yang mereka ajarkan membuatku mengerti bahwa hidup ini adalah hal tentang berbagi. Vita Comprendo adalah sihir untuk hidup yang berbagi dengan sesama. Apapun, berapapun yang kita miliki, akan lebih indah jika dibagikan dengan sesama.
Para Ksatria mengajariku sebuah arti tentang persahabatan, cinta dan perjuangan. Mereka sama sepertiku, seorang Ksatria. Hanya saja mereka tidak kehilangan pedang -satu-satunya senjata yang sangat berarti dalam hidup seorang Ksatria. Mereka mengajariku tentang banyak hal, semua ilmu yang kuperlukan untuk mencari pedangku.
Para Magis, mereka tidak pernah terlihat, tetapi keberadaannya sangat bisa kurasakan. Dan mereka mengajariku tentang pencarian pedang yang sesungguhnya. Tidak menjadi soal apakah aku berada dalam pertarunganku atau bukan karena cepat atau lambat aku pasti akan mengerti apakah ini pertarunganku atau bukan.
Semua penghuni Balai Bhagawan membekaliku dengan pelajaran yang sangat berharga. Seperti yang pernah diajarkan oleh Sang Guru, bahwa "setiap tempat membawa tantangan sekaligus berkat". Semua tantangan di tempat ini sudah kuselesaikan, kini saatnya untuk membawa semua berkat yang diberikan oleh tempat ini sebagai bekal untuk mencari pedangku. Agar jika kelak aku menemui pertempuran yang kupilih sendiri, aku memiliki bekal ilmu dan pedang yang benar.
Belum genap satu tahun aku berada di Balai Bhagawan ini, dari ketiadaaanku ke ketiadaanku Balai Bhagawan ini akan tetap sama, selamanya. Pertempuran satu akan diganti dengan pertempuran yang lain, itu tidak menjadi soal. Orang-orang yang berada di dalamnya-lah yang akan menjadi sangat berarti. Karena setiap orang yang terlibat dalam pertempuranku memiliki peran yang kuat dalam membentuk siapa aku setelahnya.
Seratus tahun dari sekarang, Balai Bhagawan akan tetap ada tapi tidak dengan orang-orang yang berada di dalamnya. Seratus tahun dari sekarang kita semua akan tiada, namun apa yang terjadi selama satu tahun ini akan selamanya ada dan aku tidak akan menjadi aku yang sekarang jika tanpa keberadaan Para Dewa, Sang Guru, Para Ksatria dan Sang Magis selama satu tahun dalam pertempuran mencari pedangku.
Jika kelak aku menemukan pedang dan bertarung dalam pertempuran yang kupilih sendiri dan akhirnya menang, maka kemenangan itu akan kupersembahkan kepada: Para Dewa Balai Bhagawan, Sang Guru (Pak Anom), Ksatria Eltisi (Kathleen), Ksatria Pojok Bursa (Ochi), mantan Ksatria SAC (Adit), Ksatria Lab (Mas Fris), Ksatria SI (Lucy dan Ko Bud), Ksatria PPK (Xenia), Ksatria PKK (Mbak Von dan Mbak Sis), Ksatria Malam (Mas Berow Yoseph) dan Para Ksatria DKA, rekan sepertarunganku (Mas Antono-Sang Kapten, Arlinda dan Mbak Acis). Dan terlebih semua perjuangan ini kupersembahkan kepada Sang Magis, God the Almighty. Yang Abadi.
Dari tiada menjadi tiada. Sebuah proses normal agar bisa disebut ada, meng-ada atau pernah ada. Jika seratus tahun merupakan bagian kecil dari keseluruhan alam semesta, lantas bagaimana dengan satu tahun? Satu tahun mungkin memang merupakan bagian kecil dari seratus tahun. Namun jika bagian kecil itu tidak pernah ada, maka seratus tahun tidak akan pernah bisa disebut "seratus", selamanya akan disebut 99 tahun karna ada bagian yang hilang dari keseluruhan 100 tahun.
Dari tiada menjadi tiada. Hanya persoalan ruang dan waktu untuk memutuskan sesuatu atau seseorang itu ada atau tiada. Keberadaan yang sesungguhnya ditentukan oleh hal-hal yang terjadi di dalamnya.
Satu tahun tidak bisa tidak disebut sebagai waktu yang sangat singkat dalam skema 100 tahun. Bahkan jika dibagi setengahnyapun, satu tahun adalah waktu yang pendek. Namun demikian, segala sesuatunya akan berbeda jika aku dan khafilahku tidak pernah menapakkan kaki di tempat ini.
Aku menyebut tempat ini sebagai Balai Bhagawan, sebuah altar ilmu tempat berkumpulnya para Dewa, Guru, Ksatria dan Para Magis yang mengajariku tentang banyak hal.
Para Dewa mengajariku tentang apa artinya sebuah kerja keras, disiplin dan target yang ingin dicapai. Dengan sihir Opus Perfectum yang mereka ajarkan, kini aku bisa mulai menyusun rencana pencarian pedangku yang sesungguhnya.
Para Guru mengajariku tentang apa arti hidup yang sesungguhnya. Pengosongan diri yang mereka ajarkan membuatku mengerti bahwa hidup ini adalah hal tentang berbagi. Vita Comprendo adalah sihir untuk hidup yang berbagi dengan sesama. Apapun, berapapun yang kita miliki, akan lebih indah jika dibagikan dengan sesama.
Para Ksatria mengajariku sebuah arti tentang persahabatan, cinta dan perjuangan. Mereka sama sepertiku, seorang Ksatria. Hanya saja mereka tidak kehilangan pedang -satu-satunya senjata yang sangat berarti dalam hidup seorang Ksatria. Mereka mengajariku tentang banyak hal, semua ilmu yang kuperlukan untuk mencari pedangku.
Para Magis, mereka tidak pernah terlihat, tetapi keberadaannya sangat bisa kurasakan. Dan mereka mengajariku tentang pencarian pedang yang sesungguhnya. Tidak menjadi soal apakah aku berada dalam pertarunganku atau bukan karena cepat atau lambat aku pasti akan mengerti apakah ini pertarunganku atau bukan.
Semua penghuni Balai Bhagawan membekaliku dengan pelajaran yang sangat berharga. Seperti yang pernah diajarkan oleh Sang Guru, bahwa "setiap tempat membawa tantangan sekaligus berkat". Semua tantangan di tempat ini sudah kuselesaikan, kini saatnya untuk membawa semua berkat yang diberikan oleh tempat ini sebagai bekal untuk mencari pedangku. Agar jika kelak aku menemui pertempuran yang kupilih sendiri, aku memiliki bekal ilmu dan pedang yang benar.
Belum genap satu tahun aku berada di Balai Bhagawan ini, dari ketiadaaanku ke ketiadaanku Balai Bhagawan ini akan tetap sama, selamanya. Pertempuran satu akan diganti dengan pertempuran yang lain, itu tidak menjadi soal. Orang-orang yang berada di dalamnya-lah yang akan menjadi sangat berarti. Karena setiap orang yang terlibat dalam pertempuranku memiliki peran yang kuat dalam membentuk siapa aku setelahnya.
Seratus tahun dari sekarang, Balai Bhagawan akan tetap ada tapi tidak dengan orang-orang yang berada di dalamnya. Seratus tahun dari sekarang kita semua akan tiada, namun apa yang terjadi selama satu tahun ini akan selamanya ada dan aku tidak akan menjadi aku yang sekarang jika tanpa keberadaan Para Dewa, Sang Guru, Para Ksatria dan Sang Magis selama satu tahun dalam pertempuran mencari pedangku.
Jika kelak aku menemukan pedang dan bertarung dalam pertempuran yang kupilih sendiri dan akhirnya menang, maka kemenangan itu akan kupersembahkan kepada: Para Dewa Balai Bhagawan, Sang Guru (Pak Anom), Ksatria Eltisi (Kathleen), Ksatria Pojok Bursa (Ochi), mantan Ksatria SAC (Adit), Ksatria Lab (Mas Fris), Ksatria SI (Lucy dan Ko Bud), Ksatria PPK (Xenia), Ksatria PKK (Mbak Von dan Mbak Sis), Ksatria Malam (Mas Berow Yoseph) dan Para Ksatria DKA, rekan sepertarunganku (Mas Antono-Sang Kapten, Arlinda dan Mbak Acis). Dan terlebih semua perjuangan ini kupersembahkan kepada Sang Magis, God the Almighty. Yang Abadi.
Komentar
Posting Komentar