Simple with Digital Decluttering

Luar biasa kita hidup di jaman sekarang dimana kecepatan fisik dibanding kecepatan pikiran kayak 1 banding 5,6,7 bahkan sampai 10. Fisik tetap berada di tempat sementara pikiran udah sampai kemana-mana. Penyebab utamanya sih menurut saya adalah paparan informasi digital yang tak pernah surut.

Maksudnya gini, ketika kita menjalani kehidupan online, kita terhubung dengan gawai dimana akses informasi terbuka luas tanpa batas.
Masih inget ga berapa bookmarks di internet yang udah ga kita buka lagi atau penanda "simpan" di instagram atau facebook yang juga ga pernah kita buka untuk dibaca ulang karna udah ketimbun dengan informasi yang baru lagi.

Setiap hari kita mendapatkan ratusan informasi menarik yang ga akan selesai dibaca dalam sekali duduk. Setiap kali online pernahkah dibuka kembali apa yang telah disimpan? Sepertinya tidak, hanya scrolling terus hingga tambah banyak lagi informasi yang masuk yang justru ujung-ujungnya bikin otak kita sibuk memproses data informasi. Kesibukan otak dalam memproses informasi itulah yang menurut saya adalah overthinking (ini definisi secara pribadi loh ya, jangan dipikirkan kebenarannya)

Terlalu banyak berpikir membuat dunia saya berjalan ditempat. Tidak fokus, tidak produktif, tidak ada kemajuan, mandeg. Jalan di tempat karena saking banyaknya informasi, ide baru, inspirasi baru dan tetekbengek lainnya yang seharusnya bisa membantu tapi malah bikin macet.
Misalnya ketika buka instagram, dalam sekali scroll banyak informasi dan ide baru yang kita terima dari orang lain yang dengan ini tanpa disadari akan menggugah hati kecil kita untuk juga bisa menemukan ide baru yang berbeda dari yang lain, entah apapun motivasinya pasti hal ini akan membuat kita berpikir "apa yang harus aku lakukan untuk membuat dunia lebih baik?" "Aku harus berbuat apa supaya aku merasa menjadi manusia yang berguna?" "Inovasi apa lagi ya yang belum ditemukan?" Pemikiran seperti itu yang mendorong kita menjadi orang yang sibuk berpikir. Setiap hari orang berlomba lomba untuk menjadi berbeda, padahal tanpa disadari setiap individu itu unik dan berbeda, kenapa ga fokus pada apa yang penting dan terus berusaha menjadi diri sendiri. Setiap saat orang berusaha bagaimana caranya untuk bisa menjadi influencer, memiliki ribuan follower dan terkenal di dunia maya. Ya itu sih gapapa dan ada memang orang yang dikaruniai talenta influencer, ya itu rejeki mereka. Lalu bagaimana dengan yang tidak memiliki talenta itu? Ujung-ujungnya cuman jalan ditempat dengan sekumpulan ide yang entah kapan akan dilaksanakan.

Tidak ada yang salah dengan pikiran "menjadi berguna bagi banyak orang" tapi kurang pas rasanya kalau kita sibuk menyelamatkan dunia tapi kita melupakan orang di sekitar kita, anak misalnya. Ini terjadi pada diri saya sendiri. Setelah berhenti bekerja dan mengurus anak fulltime, seringkali pikiran saya melantur kemana-mana, meskipun secara fisik saya ada di rumah tapi pikirannya pergi jauh memikirkan ide ini ide itu bikin ini bikin itu, banyak scrolling demi mencari inspirasi yang ujungnya hanya menumpuk informasi yang kabur. Hal ini ga sehat untuk hubungan kami, saya dan anak.

Dengan digital decluttering ini setidaknya saya bisa lebih selektif memilih informasi yang masuk. Prinsipnya kurang lebih sama aja dengan prinsip konmari, selama hal tersebut tidak membuat saya bahagia, yaudah ga usah disimpan, termasuk informasi. Di antara banyaknya informasi yang kelihatannya penting semua, kita harus menjadi kurator info bagi diri sendiri supaya apa yang seharusnya kita prioritaskan ga ketimbun sama hal yang tidak ada hubungannya dengan prioritas utama.

Komentar

Postingan Populer